Translate

Senin, 21 Mei 2012

Chapter 2 : Lingkungan Baru


Chapter 2 : lingkungan baru
7 january 2007

     Keesokan pagi pun telah tiba dan keluarga ini juga terlihat sibuk. Walaupun begitu Aku ingin mengucapkan Terimakasih kepada keluarga yang mau memelihara ku ini. Aku merasa senang telah di beri tempat tinggal yang nyaman dan Aku juga diberikan makan yang sungguh - sungguh  membantu untuk mengembalikan energiku. Satu hari sudah berlalu sepertinya aku harus menyiapkan perjalan panjang lagi untuk bertahan hidup. Tapi sebelum itu Aku mengenal sekeliling rumah ini karena mungkin saja aku akan kembali lagi kesini. Di dekat tempat piring putihku ada kandang burung besar berwarna putih yang ditempatkan pada dekat pintu gerbang. Didalam kandang tersebut terdapat burung kakak tua berwarna putih dan berjambul kuning. Saat mau berpamitan dengan kakak tua itu "hei kau anak baru" kata burung kakak tua menyapa.
    "Ya ada apa? Ehhmm namaku temon nama kamu siapa?" jawab temon.
    "Iya ya aku tahu nama mu temon, kan aku juga mendengar pecakapan tadi . . . . . oh ya kamu boleh memanggilku dengan nama bayu tapi kamu juga boleh memanggilku si jabrik karena keluarga ini sering memanggil ku dengan nama itu" kata kakak tua itu.
    "Salam kenal salam kenal bayu semoga kita hidup bersama disini  tapi aku sudah mau dibuang, jadi aku mau mengucapkan selamat tinggal" tambah temon.
    "Ya kau benar sayang sekali kau tinggal disini hanya sebentar, tapi aku yakin keluarga ini tak akan membuang kamu, terlebih lagi warna bulumu yang seperti sapi . . .  hitam dan putih" kata bayu serius.            
     "Kamu pasti bercanda aku ini kucing bukan sapi, tapi jika memang benar aku sangat senang" ujar temon. Setelah percakapan tadi, temon pun berjalan menyelusuri area teras dan garasi. Ubin teras yang berwarna merah dan ubin garasi yang berwarna biru memang terbukti untuk membedakan kedua area tersebut. Satu anak tangga turut memisahkan 2 area ini . Di Teras terdapat sepedah dan beberapa tabung gas yang di atasnya terdapat keset yang dapat di pakai untuk tempatku tidur tadi. Teras rumah ini juga terhubung langsung ke sebuah warung kecil pada rumah ini. Didalam warung terdapat pintu yang mengarah ke tempat menjemur baju. Di garasi terdapat mobil honda civic yang ku rasa sudah cukup tua dengan warna abu-abu gelap. Bagian depan mobil ini menghadap ke pintu gerbang yang ku lewati kemarin dan bagian belakang mobil menghadap ke sebuah taman kecil. Di taman kecil itu juga di pisahkan dengan sebuah anak tangga, di taman ini ada beberapa ember plastik yang berisi air.
     Selesai berjalan menyelusuri teras dan garasi aku terus berjalan mengenal area dalam rumah. Aku memasuki ruang tamu yang berisi kursi-kursi besar berjajaran. Di dekat ruang tamu ada 2 buah kamar yang terpisah. Di Kamar pertama aku melihat ada beberapa alat musik dan dari baunya aku mengenali bahwa kamar ini punya kedua anak laki-laki tersebut. Ya. . . . Karena sebagai kucing aku dapat mengenali seseorang dari baunya. Di kamar kedua tercium aroma segar parfum wanita dan sudah jelas ini pasti kamar milik gadis cantik itu. Dari kedua kamar tersebut ada 2 jendela yang terhubung ke tempat menjemur baju karena terlihat ada beberapa baju yang tergantung di atasnya. Di belakangnya ada gudang dan di depannya ada pintu masuk tempat menjemur baju itu yang terhubung ke warung tadi. Beranjak melewati ruang tamu aku memasuki ruang keluarga. Ruang keluarga ini berisikan satu televisi yang di depannya ada kasur untuk bersantai. Ruang tamu juga bisa  langsung terhubung ke garasi rumah ini. Di dekat ruang keluarga ini juga ada sebuah kamar mandi. Beranjak dari ruang keluarga aku memasuki ruang makan yang didekatnya ada dapur dan 1 kamar lagi. Dari bau nya aku tahu kalau kamar ini punya orang tua mereka. Dari ruang makan aku baru mengetahui bahwa dapur rumah ini terhubung langsung ke taman kecil tadi.
     Walaupun belum tinggal lama di rumah ini aku sudah mengenal 5 anggota keluarga ini. Dimulai dari ayah mereka. Ayah mereka mempunyai kulit yang sedikit lebih gelap dan juga mempunyai tinggi badan sekitar 165 cm dengan umur sekitar 51 tahun. Nama ayah pun mereka adalah Toni santoso. Toni bekerja sebagai supir pada suatu kendaraan angkatan laut. Kemudian adalah ibu mereka mempunyai nama Kari wong. Sebagai ibu. . . . Dia mempunyai kulit kuning langsat. Tinggi nya skitar 164 cm  dan umurnya sekitar 46 tahun. Berikutnya adalah laki-laki botak yang tinggi. Dia adalah anak pertama keluarga ini. Mempunyai tinggi hampir 180 cm membuat dia adalah orang paling tinggi di keluarga ini. Dia mempunyai kulit kuning langsat seperti ibunya. Dengan rambutnya yang botak menambah dia terlihat tambah tinggi Umur laki-laki ini sekitar 21 tahun. Dan dia mempunyai nama Adi putra. Anak kedua adalah si gadis cantik itu. Kulitnya yang putih dengan tinggi badan kira-kira 159 cm dan umur sekitar 17 tahun. Dengan rambut hitam panjang terurai dan Nama gadis ini adalah Presillia mutiarani. Aku rasa itu nama yang cocok untuk gadis cantik itu. Yang terakhir adalah anak ketiga keluarga ini yang mempunyai rambut lebat. Tinggi badannya sekitar169 cm dan mempunyai warna kulit sawo matang. Nama anak ketiga ini adalah Rico frost. Memang nama-nama mereka sulit di ingat tapi aku akan tetap berusaha menggingatnya.
    Sambil menunggu keluarga ini membuangku tiba-tiba kari menghampiri aku dengan membawa kardus. " nah kucing manis saatnya kau dibuang" kata kari sambil memasukanku kedalam kardus.
    "Tunggu ibu . . . . . bolehkah kita memelihara kucing ini" kata adi yang datang secara tiba-tiba.
    "Tidak kucing ini harus dibuang, karena kalian tidak akan mau merawat kucing ini nantinya"kata kari dengan yakinnya.
    "Ayolah bu . . . . . . Bukannya kucing ini masih sangat kecil, kasihan kalau nanti setelah kita buang dia tidak dapat bertahan hidup dan akhirnya mati" adi memohon seraya memegang tangan ibunya.
    "Benar kalian mau merawatnya?" tanya kari kepada adi.
    "Yaa aku, presil dan rico akan merawatnya dengan baik" jawab adi untuk meyakinkan ibunya. Kari tersenyum dan berkata "ya sudah ibu tidak jadi membuangnya. . . . . . Serta kardus ini akan menjadi tempat tinggal untuk kucing ini " sambil menurunkan kardus tersebut.
    Mendengar ucapan mereka aku benar-benar tidak bisa berkata apa-apa, ini semua seperti mimpi " terima kasih Tuhan kau berikan ku tempat terbaik bagi kehidupanku, semoga Engkau bahagiakan keluarga ini dengan kehadiranku" kata temon dengan meneteskan air matanya. Andai diriku bukan kucing, aku pasti akan mengucapkan terima kasihku dengan bahasa mainusi kepada keluarga ini.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar